Wednesday, 13 Dec 2023
Pendekatan asesmen progressive achievement ACER mampu mengidentifikasi posisi awal murid dalam perjalanan belajar serta bagaimana kemajuan terjadi di sepanjang prosesnya.
Pada pertengahan November 2023, Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) menyelenggarakan International Conference on Educational Research and Evaluation (ICERE) ke-3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Kegiatan ini diadakan dengan harapan para akademisi, praktisi pendidikan, peneliti, mahasiswa, serta pegiat pendidikan lainnya berkumpul dalam suatu forum untuk berdiskusi dan berkontribusi dalam upaya menghadapi tantangan di dunia pendidikan.
Sebagai mitra HEPI yang berbagi semangat di bidang asesmen pendidikan serta telah lebih dari dua dekade bekerja bersama pemerintah Indonesia dengan fokus pada pengembangan riset untuk meningkatkan mutu pendidikan, Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia mengundang, Jarrod Hingston, PhD, Direktur Asesmen Pendidikan ACER dari Melbourne menjadi salah satu dari dua panelis pembuka acara bersama Ketua Umum HEPI Bahrul Hayat,Phd yang juga Wakil Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Bahrul Hayat, Phd sebelumnya menjabat Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK) Departemen Pendidikan Nasional serta menjabat Sekretaris Jenderal di Kementerian Agama.
Didirikan di Australia 90 tahun yang lalu oleh tim kecil peneliti independen di Australia, ACER telah tumbuh menjadi salah satu organisasi riset pendidikan terdepan di dunia dengan komitmen untuk berkontribusi dalam reformasi sistem pendidikan dengan menyediakan masukan berbasis-bukti terhadap berbagai kebijakan serta memperkaya praktik baik pembelajaran melalui berbagai pendekatan holistik inovatif.
Asesmen telah lama menjadi fokus keahlian ACER, seluruhnya dengan basis portfolio riset yang telah dilakukan di berbagai belahan dunia. Topik yang diangkat dalam konferensi dengan tepat merefleksikan pendekatan ACER dalam asesmen yaitu melalui kerangka capaian belajar progresif (learning progression).
Jarrod menjelaskan ACER membasiskan pengukuran pendidikannya kepada hasil riset dan bukti, untuk mampu mengindentifikasi dengan tepat apa saja capaian murid sejak awal hingga sepanjang jalan pembelajarannya.
Menurut Jarrod tingkat capaian dalam asesmen diagnostik ACER bukan dibagi ke dalam kelas ataupun umur murid, namun ke dalam suatu tingkat pencapaian keahlian yang lebih luas dan memungkinkan guru melakukan deteksi dini mengenai posisi capaian muridnya terhadap standar yang diwajibkan oleh kurikulum nasional (yang dibagi ke dalam tingkatan kelas) untuk mengetahui apa saja area pembelajaran yang telah dan yang belum dikuasai oleh tiap-tiap muridnya.
“Kami percaya amatlah penting bagi murid untuk mampu melihat progress dirinya sendiri, dalam banyak kesempatan, fokus lebih diberikan kepada defisit dan bukan kepada kesuksesan capaian pembelajaran,” ungkap Jarrod.
Menurutnya hal ini tidak hanya berlaku di sekolah tapi juga di lingkungan kerja dan kehidupan pada umumnya, di mana setiap orang akan ingin mengetahui bahwa dirinya mengalami kemajuan serta peningkatan.
Memberikan pemahaman kepada murid mengenai hal yang mereka perlu dalami dalam pembelajarannya adalah suatu upaya humanistik sederhana yang bisa guru dan sekolah berikan kepada murid. Hal ini menjadi contoh nyata dari realisasi ide pemberdayaan murid sebagai agen untuk dirinya sendiri, di mana murid diharapkan untuk lebih terlibat serta mampu memberikan masukannya dalam proses pengambilan keputusan mengenai perjalanan belajarnya.
Direktur ACER Indonesia Mariam Kartikatresni menyatakan harapannya agar asesmen diagnostik yang diperkenalkan oleh ACER akan mampu berkontribusi dalam upaya kesuksesan pencapaian belajar setiap anak.
“Asesmen diagnostik kami dapat membantu guru mengidentifikasi posisi pencapaian anak agar memiliki informasi yang cukup untuk menjalankan 'differentiated learning' dalam pembelajaran,” jelas Mariam.
Bahrul Hayat dalam paparannya mengatakan bahwa kemajuan belajar akan menjadi masa depan asesmen pendidikan, serta bagaimana pendekatan ini akan memudahkan kita untuk mengimplementasikan anjuran untuk melakukan pengajaran di tingkat yang sesuai (teach at the right level).
Dalam presentasinya yang membahas secara luas mengenai tren dalam asesmen pendidikan, Bahrul mejelaskan bahwa asesmen yang terpusat pada murid, asesmen multi-sumber, serta asesmen multi-format sebagai beberapa pendekatan informatif yang dapat dimanfaatkan oleh guru serta pembuat kebijakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai pembelajaran di Sekolah.
“Akan sangat baik jika kita berupaya untuk mengimplementasikan asesmen yang lebih berkualitas alih-alih lebih banyak secara ragam, yang akan memudahkan diri untuk menggunakan dan memahami data,” tutup Bahrul.
Sementara itu Prof Awaluddin Tjalla selaku ketua panitia ICERE ke-3 sekaligus ketua HEPI UKD Jabodetabek dan koordinator Program Studi S3 PEP Program Pascasarjana UNJ mengatakan kegiatan ini diharapkan memberikan kontribusi guna menjawab tantangan pendidikan 5.0 pascapandemi.
Dirinya juga berharap melalui kegiatan ini para cendikiawan, pendidik, praktisi pendidikan, peneliti, mahasiswa dan pihak yang memiliki konsentrasi terhadap isu pendidikan dapat berkumpul dan berdiskusi serta dapat melakukan telaah terhadap kebijakan kurikulum merdeka belajar dan MBKM.
Selain itu Prof Awaluddin Tjalla menambahkan bahwa kegiatan ini artikel peserta terpilih dalam ICERE III akan diterbitkan di Jurnal Pengukuran dan Psikologi Pendidikan Indonesia (JP3I)terindeks Scopus.
Dirinya mengungkapkan bahwa luaran yang diharapkan dari konferensi ilmiah ICERE ke-3 tahun 2023 ini mencangkup desinimasi hasil penelitian dari berbagai negara dibidang pengukuran, evaluasi, penelitian pendidikan, dan lingkungan belajar serta publikasi ilmiah pada jurnal nasional dan prosiding internasional.