Large-scale online assessment in Indonesia
ACER news 18 Oct 2019 4 minute readEvery year, more than one million students in Indonesia sit the University Entrance Test, one of three pathways to enroll in public university in Indonesia. Dr Urip Purwono, Head of the Center for Psychometric, Assessment, and Evaluation Studies at the University of Padjadjaran and Adviser for ACER Indonesia, who also works closely with the national institute responsible for University Entrance Test in Indonesia, spoke to Teacher about the annual large-scale online assessment.
Dr Purwono explained that two elements are measured in the assessment: cognitive ability and achievement. Students are given eight or nine separate scores: four to five scores for subject achievement and four scores for cognitive ability.
The assessment itself underwent major change between the 2018 and 2019 cycles.
‘In 2018, everybody who applied to a public university had to take this test on the same day at the same hours, regardless of where they were located,’ Dr Purwono said. ‘In 2019… they had an option to choose [from] 24 sessions available.’
The addition of multiple test sessions adds another challenge to the test developer, especially in the area of cheating prevention. There is a proposal to expand the test to not only public university entrance, but also private university entrance.
Find out more:
Read the full article ‘Large-scale online assessment in Indonesia’ on Teacher.
-----------
Ujian Berbasis Komputer Skala Besar di Indonesia
Setiap tahun, lebih dari 1 juta siswa di Indonesia melaksanakan ujian masuk perguruan tinggi negeri yang lebih dikenal dengan nama Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Bapak Urip Purwono, PhD, Kepala Pusat Studi Psikometri, Asesmen, dan Evaluasi, Universitas Padjadjaran, advisor ACER Indonesia yang juga terlibat di lembaga yang melaksanakan SBMPTN, berbincang dengan TEACHER tentang ujian daring skala besar tersebut.
Bapak Urip menyebutkan ada dua elemen yang dinilai di ujian tersebut: kemampuan kognitif serta kemampuan akademis. Siswa kemudian diberikan delapan sampai sembilan skor yang berbeda: empat atau lima skor untuk mata pelajaran yang diujikan, serta empat skor untuk kemampuan kognitif.
SBMPTN sendiri mengalami perubahan signifikan di tahun 2019 ini.
“Di tahun 2018, semua peserta ujian harus melaksanakan tes di hari dan jam yang sama, dimanapun mereka berada,“ ujar Bapak Urip. “Di 2019… mereka memiliki opsi untuk memilih (dari) 24 sesi ujian yang ada”.
Penambahan sesi tes tersebut menambah pula tantangan bagi para pengembang tes, terutama di ranah pencegahan kecurangan.
Menindaklanjuti keberhasilan pelaksanaan SBMPTN 2019, ada wacana untuk mengembangkan tes tersebut tidak hanya untuk perguruan tinggi negeri tapi juga swasta.
Baca lebih lanjut artikel “Large-scale online assessment in Indonesia” di Teacher.